Monday, November 29, 2010
Monday Nite
I know, I run away from anything....
But I do this in purpose...
Ahh... I really want to go to several countries as a backpacker :)
Tingkatkan Energi dengan berdoa
Berakhasiat karena : Para ahli belum menemukan penyebab pasti, tapi Jon Gordon dalam buku The Energy Bus, menduga, kekuatan inspirational dari doa dan pikiran positif lainnya punya efek revitalisasi di seluruh tubuh, membantu orang pulih lebih cepat dari rasa lelah.
Coba : Gunakan waktu 2 menit sehari jauh dari gangguan sehingga Anda bisa konsentrasi dan mengucapkan syukur singkat dan tulus atas semua rahmat yang diterima dalam hidup Anda.
Sunday, November 7, 2010
Letusan Merapi
Merapi kembali meluncurkan awan panas pada Minggu pukul 14.24 WIB hingga 15.55 WIB. Ketinggian asap bercampur debu dan pasir mencapai 4 kilometer. Sedangkan luncuran lava panas atau wedhus gembel sudah sampai Kali Gendol artinya lebih dari 5 kilomter dari puncak. Diameter kawah Merapi pun mencapai 250 meter.
“Sumbatan yang ada di puncak gunung mengeras, akibatnya terjadi akumulasi tekanan eksplosif,” kata Subandrio, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegununapian (BPPTK) Yogyakarta, Minggu (31/10). Berdasarkan pemantauan tim BPPTK, hasil erupsi Merapi ditemukan material lava dengan komposisi magma sekitar 57 persen silica. Berarti magma lebih asam yang mengakibatkan tekanan magma dalam gunung menjadi lebih tinggi. Pemantauan kini mengandalkan pencatatan aktivitas seismik karena prisma di lereng Merapi belum bisa diganti akibat adanya lontaran ke segala arah.
Kubah lava bentukan erupsi 1911 belum tergoyahkan. Tekanan akumulasi energi masih cukup besar dari indikator pemantauan yang ada. BPPTK tengah memetakan bahan jatuhan dari proses erupsi.
Menurut Noer Cholik, petugas lapangan yang mengecek kondisi aktual di sekitar lereng Merapi, tingkat kerusakan akibat terjangan awan panas memang parah. Petugas lapangan telah disebar mengukur suhu dan abu vulkanik dari lokasi
untuk diteliti di laboratorium sesaat setelah ada letusan Merapi. Sirine yang terpasang di Kaliadem rusak. “Termasuk alat-alat untuk memantau lahar dingin yang pernah terpasang ada yang hilang dicuri sebelum erupsi,” kata petugas itu.
Di ruang monitoring BPPTK terpantau mulai pukul 14. 28 WIB terjadi awan panas ke arah Babadan Magelang atau ke barat daya sambung menyambung hingga pukul 15.55 WIB. Sekitar 15.30 WIB dilaporkan ada letusan besar. Asap sulfatara mencapai 4 kilometer. Dari pos pemantauan Plawangan terpantau hujan pasir menerpa Sleman, yaitu di wilayah Hargonbinangun, Pakem dan Kaliurang.
Terlihat letusan sangat besar bak monster raksasa
Support Skinny - Slim gurls
Being skinny doesn't mean you are not healthy.. being skinny doesn't mean u'r not sexy ^^
Being skinny doesn't mean u'r not strong as others.
I love my body and she is my friend... eventhough sometimes she is weak because of certain things. But I know she is as strong as robot (enthira mode : on)
For gurls outside there, dun worry when people say that you are skinny, slim, skin n bone and bla...bla..bla.. YOU ARE HEALTHY that is no 1.
And there a lot of outfit that suitable for skinny people like us (you cn be sexy also .. dun worry).. dun feel underestimate by others' opinion. ALWAYS THINK +
I'm skiny since I was born, I feel depressed when I was teenager. But now, no more...
I'm good n happy with my body :)
You can as well...
Lo Siaw Ging - The Ideal Doctor
Kisah Seorang Dokter Lo Siaw Ging yang sangat mengagumkan
Maka, tak heran kalau pasien-pasien Lo Siaw Ging tidak hanya warga Solo, tetapi juga mereka yang berasal dari Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Klaten, Boyolali, dan Wonogiri. Usianya yang sudah menjelang 75 tahun tak membuat pria itu menghentikan kesibukannya memeriksa para pasien.
Dokter Lo, panggilannya, setiap hari tetap melayani puluhan pasien yang datang ke tempatnya praktik sekaligus rumah tinggalnya di Jalan Jagalan 27, Kelurahan Jebres, Kota Solo. Mayoritas pasien Lo adalah keluarga tak mampu secara ekonomi. Mereka itu, jangankan membayar ongkos periksa, untuk menebus resep dokter Lo pun sering kali tak sanggup.
Namun, bagi Lo, semua itu dihadapinya dengan ”biasa saja”. Dia merasa dapat memahami kondisi sebagian pasiennya itu. Seorang pasiennya bercerita, karena terlalu sering berobat ke dokter Lo dan tak membayar, ia merasa tidak enak hati. Dia lalu bertanya berapa biaya pemeriksaan dan resep obatnya.
Mendengar pertanyaan si pasien, Lo malah balik bertanya, ”Memangnya kamu sudah punya uang banyak?”
Pasiennya yang lain, Yuli (30), warga Cemani, Sukoharjo, bercerita, dia juga tak pernah membayar saat memeriksakan diri. ”Saya pernah ngasih uang kepada Pak Dokter, tetapi enggak diterima,” ucapnya.
Kardiman (45), penjual bakso di samping rumah dokter Lo, mengatakan, para tetangga dan mereka yang tinggal di sekitar rumah dokter itu juga tak pernah diminta bayaran. ”Kami hanya bisa bilang terima kasih dokter, lalu ke luar ruang periksa,” katanya.
Cara kerja Lo itu membuat dia setiap bulan justru harus membayar tagihan dari apotek atas resep-resep yang diambil para pasiennya. Ini tak terhindarkan karena ada saja pasien yang benar-benar tak punya uang untuk menebus obat atau karena penyakitnya memerlukan obat segera, padahal si pasien tak membawa cukup uang.
Dalam kondisi seperti itu, biasanya setelah memeriksa dan menuliskan resep untuk sang pasien, Lo langsung meminta pasien dan keluarganya menebus obat ke apotek yang memang telah menjadi langganannya. Pasien atau keluarganya cukup membawa resep yang telah ditandatangani Lo, petugas di apotek akan memberikan obat yang diperlukan.
Pada setiap akhir bulan, barulah pihak apotek menagih harga obat tersebut kepada Lo. Berapa besar tagihannya? ”Bervariasi, dari ratusan ribu sampai Rp 10 juta per bulan.”
Bahkan, pasien tak mampu yang menderita sakit parah pun tanpa ragu dikirim Lo ke Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo. Dengan mengantongi surat dari dokter Lo, pasien biasanya diterima pihak rumah sakit, yang lalu membebankan biaya perawatan kepada Lo.
Kerusuhan 1998
Nama dokter Lo sebagai rujukan, terutama bagi kalangan warga tak mampu, relatif ”populer”. Namun, mantan Direktur RS Kasih Ibu ini justru tak suka pada publikasi. Beberapa kali dia menolak permintaan wawancara dari media.
”Enggak usahlah diberita-beritakan. Saya bukan siapa-siapa,” ujarnya.
Bagi Lo, apa yang dia lakukan selama ini sekadar membantu mereka yang tak mampu dan membutuhkan pertolongan dokter. ”Apa yang saya lakukan itu biasa dilakukan orang lain juga. Jadi, tak ada yang istimewa,” ujarnya.
Di kalangan warga Solo, terutama di sekitar tempat tinggalnya, Lo dikenal sebagai sosok yang selalu bersedia menolong siapa pun yang membutuhkan. Tak heran jika saat terjadi kerusuhan rasial di Solo pada Mei 1998, rumah dokter keturunan Tionghoa ini justru dijaga ketat oleh masyarakat setempat.
Lo juga tak merasa khawatir. Justru para tetangga yang meminta dia tidak membuka praktik pada masa kerusuhan itu mengingat situasinya rawan, terutama bagi warga keturunan Tionghoa. Namun, Lo menolak permintaan itu, dia tetap menerima pasien yang datang.
”Saya mengingatkan dokter, kenapa buka praktik. Wong suasananya kritis. Eh, saya yang malah dimarahi dokter. Katanya, dokter akan tetap buka praktik, kasihan sama orang yang sudah datang jauh-jauh mau berobat,” cerita Putut Hari Purwanto (46), warga Purwodiningratan, yang rumahnya tak jauh dari rumah Lo.
Bahkan, meski tentara datang ke rumah Lo untuk mengevakuasi dia ke tempat yang aman, Lo tetap menolak. Maka, wargalah yang kemudian berjaga-jaga di rumah Lo agar dia tak menjadi sasaran kerusuhan.
”Saya ini orang Solo, jadi tak perlu pergi ke mana-mana. Buat apa?” ucapnya.
Anugerah
Menjadi dokter, bagi Lo, adalah sebuah anugerah. Dia kemudian bercerita, seorang dokter di Solo yang dikenal dengan nama dokter Oen, seniornya, dan sang ayahlah yang membentuk sosoknya. Dokter Oen dan sang ayah kini telah tiada.
Lo selalu ingat pesan ayahnya saat memutuskan belajar di sekolah kedokteran. ”Ayah saya berkali-kali mengatakan, kalau saya mau jadi dokter, ya jangan dagang. Kalau mau dagang, jangan jadi dokter. Makanya, siapa pun orang yang datang ke sini, miskin atau kaya, saya harus terbuka. Saya tidak pasang tarif,” kata Lo yang namanya masuk dalam buku Kitab Solo itu.
Papan praktik dokter pun selama bertahun-tahun tak pernah dia pasang. Kalau belakangan ini dia memasang papan nama praktik dokternya, itu karena harus memenuhi peraturan pemerintah.
Tentang peran dokter Oen dalam dirinya, Lo bercerita, selama sekitar 15 tahun dia bekerja kepada dokter Oen yang dia jadikan sebagai panutan. ”Dokter Oen itu jiwa sosialnya tinggi dan kehidupan sehari-harinya sederhana,” ujarnya.
Dari kedua orang itulah, Lo belajar bahwa kebahagiaan justru muncul saat kita bisa berbuat sesuatu bagi sesama. ”Ini bukan berarti saya tak menerima bayaran dari pasien, tetapi kepuasan bisa membantu sesama yang tidak bisa dibayar dengan uang,” katanya sambil bercerita, sebagian pasien yang datang dari desa suka membawakan pisang untuknya.
Gaya hidup sederhana membuat Lo merasa pendapatan sebagai dokter bisa lebih dari cukup untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Apalagi, dia dan sang istri, Maria Gan May Kwee atau Maria Gandi, yang dinikahinya tahun 1968, tak memiliki anak.
”Kebutuhan kami hanya makan. Lagi pula orang seumur saya, seberapa banyak sih makannya?” ujar Lo.
Bahkan, di mata para pasien, Lo seakan tak pernah ”cuti” praktik. Lies (55), ibu dua anak, warga Kepatihan Kulon, Solo, yang selama puluhan tahun menjadi pasiennya mengatakan, ”Dokter Lo praktik pagi dan malam. Setiap kali saya datang tak pernah tutup. Sepertinya, dokter Lo selalu ada kapan pun kami memerlukan.”
DATA DIRI
• Nama: Lo Siaw Ging • Lahir: Magelang, 16 Agustus 1934 • Istri: Maria Gan May Kwee (62) • Pendidikan: - Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 1962 - S-2 (MARS) Universitas Indonesia, 1995 • Profesi: - Dokter RS Panti Kosala, Kandang Sapi, Solo (sekarang RS dokter Oen, Solo) - Mantan Direktur Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo
Pulau terkecil di dunia
Article By : Bro. Giri
Tuesday, November 2, 2010
Diwali
Diwali almost here... another 3 more days. I'm so eager to decorate the house, clean my room, with these coughing and migraine.. really spoiled my mood. My throat and my head are so painful. But I'm happy happy... Because everybody will celebrate this auspicious day.
We will go to senior families' house. Eat cookies and have fun. I always love this day.